Pengembangan motif batik lebih mudah dilakukan dengan teknologi digital, namun pengrajin batik pada umumnya sangat awam terhadap teknologi batik. Maka masalah yang harus diselesaikan adalah kurangnya variasi motif batik, software untuk awam dan aplikasi yang terintegrasi dengan pasar (e-commerse).
D-Batik berusaha menyelesaikan masalah tersebut. Aplikasi ini teruji dapat dioperasikan oleh orang awam dalam menciptakan motif batik dengan waktu singkat. Hasil dari aplikasi diintegrasikan dengan 3 mode luaran, yaitu cetak standar untuk keperluan membuat acuan pola batik secara langsung di atas kain, integrasi dengan printer 3D berbasis ABS untuk menghasilkan cap batik dengan biaya murah dan waktu produksi cap yang pendek, dan integrasi dengan pasar online (e-commerse) yang memungkinkan sistem pemesanan “batik on demand”.
Menggunakan tampilan yang sederhana dengan fitur yang identik dengan proses menggambar motif batik secara manual (konvensional). Cukup dengan sentuhan, pengguna dapat menciptakan motif batik dengan tingkat kerumitan sederhana sampai tinggi. Memiliki beberapa fitur menggambar batik dan dapat dieksplorasi sesuai imajinasi pengguna.
Aplikasi ini juga memiliki fitur yang terintegrasi dengan Printer 3D yang memungkinkan motif dapat dicetak menjadi cap batik berbahan dasar UV-Resin atau Pla ABS. Teknik printing 3D menjadikan cap batik dapat diproduksi dengan biaya yang murah dan waktu yang sangat cepat.
Terintegrasi dengan sistem e-commerse yang memungkinkan sistem pemesanan “batik on demand”. Batik on demand adalah metode pemesanan batik melalui sistem. Pengrajin dapat menawarkan berbagai motif batik, dan memproduksi batik berdasarkan pemesanan yang masuk.
Tim Astoetik berkesempatan mengunjungi stand pameran dbatik di JCC pada bulan Oktober 2019. Sebelumnya, dbatik juga sudah pernah memesan kompor cap listrik dan meja cap dari Astoetik. Semoga ke depannya bisa saling berkolaborasi untuk memajukan batik Indonesia. (AP)
Leave a Reply